Kerudung Pertamaku
Kerudung Pertamaku
“Nia, bangun nak jam segini kok masih tidur aja, ayo cepat mandi”
terdengar suara perempuan yang khas dan merdu dengan penuh kasih sayang
membangunkanku dari tempat tidurku yang berselimut kain tebal berwarna
pink dengan gambar hello kitty yang tak lain adalah bunda ku, “lima
menit lagi bun” balasku dengan mata tertutup, “ayo nak, kalau kamu tidur
terus, bisa-bisa ketinggalan shalat subuh loo nak” ucap bundaku dengan
menarik selimut tebalku dan mematikan kipas angin yang menemaniku disaat
malam, “hah, shalat subuh!” aku langsung beranjak dari tempat tidurku
dan meninggalkan bunda di kamarku, seketika ku sergap handukku yang
berada di dalam lemariku, setelah itu aku mengguyurkan air dengan gayung
yang kudapat atas bakatku, yang telah memenangkan perlombaan bernyanyi
di desaku, “Nia, jangan lupa wudlu lho nak!” kata bundaku yang sedang
memasak ayam goreng di dapur, yang berada di depan agak ke kiri kamar
mandi “iya bun, Nia gak lupa kok” balasku dari dalam kamar mandi.
“Ada sms masuk tolong dibaca” terdengar ringtone handphone ku yang
berada di atas meja belajar yang berada di samping kanan lemariku, tapi
aku tidak langsung mengambilnya karena aku tidak ingin telat shalat
subuh, sehingga aku mengabaikannya untuk beberapa saat dan aku langsung
berlari ke mushala kecil yang berada di rumahku tepatnya di depan kamar
ku yang dihiasi dengan banyak poster yang berlafadz Allah, “Allahuakbar”
aku memulai shalatku dengan bacaan takbir yang kumaknai dalam hati,
hingga akhirnya do’a pun kubaca dengan setulus hatiku yang terdalam, aku
tadi shalat subuh sendiri karena bunda sudah shalat duluan dan papaku
shalat di masjid.
Namun setelah shalat subuh aku lupa kalau tadi ada sms, sehingga aku
langsung berpakaian sekolah, dan makan di ruang makan bersama papa dan
bundaku. Ada ayam goreng, nasi putih sebakul, sayur bayam, dan juga ada
susu coklat kesukaanku di meja makan, sedangkan papa dan bundaku minum
jus jeruk setiap harinya, tak lupa air putih juga disajikan di meja
makanku, seusai ku makan pagi, aku berpamitan dengan papa dan bundaku
“hati-hati di jalan ya” kata bundaku yang selalu diucapkan setiap ku
berangkat sekolah, dan aku hanya menganggukkan kepalaku dengan terus
berjalan menuju madrasah tercinta yaitu MI Mansyaul Huda, yang jaraknya
sangat dekat dengan rumahku, mungkin jika dihitung dengan stopwatch
waktu perjalanku kira-kira hanya 5 menit.